Pahlawan juga Manusia

Sudah menonton film “Iron Man 3”? Kalau sudah bagus, kalau belum juga tak apa. Kan hari ini weekend, jadi bisa ke bioskop and happy for a while.
Bagi yang suka action film tersebut pasti seru, tapi bagiku ada cara sendiri untuk menikmati sesuatu. Mungkin karena aku suka berfikir. Dari mikir baik baik sampai mikir jorok (cemplung!)

Mengamati tidak sewaktu si Tony Stark alias si Iron Man tiba tiba panik luar biasa ketika disebutkan sesuatu yang mengingatkannya kepada kenangan yang tidak menyenangkan? Si Iron Man yang bajunya saja tidak mempan dilindes truk ini ternyata bisa juga ngos2n dan bermimpi buruk terhadap situasi di masa lalunya.

Ok, let’s analyze this situation……

Pertama sekali si Iron Man ini terkena sindrom yang dikasih nama keren Anxiety Disorder/gangguan kecemasan. Anxiety Disorder atau biar lebih keren lagi maka kusingkat saja dengan “AD” ini merupakan salah satu kelompok penyakit jiwa yang oleh para Psikiater di Amerika sono dibagi kedalam 11 penyakit, yakni : Gangguan panik dengan agoraphobia, Gangguan panik tanpa agoraphobia, Agoraphobia tanpa ada riwayat gangguan panik, Phobia khusus, Phobia sosial, Generalized Anxiety Disorder (GAD)/Gangguan kecemasan umum, Obsessive Compulsive Disorder/Gangguan obsesif kompulsif, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)/gangguan stres paska trauma, Gangguan stres akut, Gangguan kecemasan karena kondisi medis umum serta Gangguan kecemasan yang tidak teridentifikasi. 

So, si Iron Man ini masuk ke jenis penyakit yang mana?

Ok, tersangkanya ada 2, yakni : PTSD dan Gangguan Panik tanpa Agoraphobia. Mari kita ulik satu persatu penyakit ini. 

Yang pertama sekali PTSD alias Post Traumatic Stress Disorder atau diartikan sebagai gangguan stres paska trauma adalah suatu gangguan jiwa dimana si penderita menunjukkan reaksi ekstrim yang diakibatkan oleh situasi yang mengancam hidup atau menjadi saksi situasi yang bersifat mengancam kehidupan. Misalnya, para korban kekerasan, perkosaaan, korban bencana alam, saksi dari tindakan pembunuhan maupun para tentara yang pulang dari zona perang. Jadi, mengapa para individu tersebut rentan terhadap PTSD? Ya itu tadi, karena mereka terpapar oleh situasi yang besifat mengancam kehidupan atau bisa mengakibatkan kecacatan. Jadi, matching kan dengan situasinya si Iron Man yang selalu memerangi kejahatan, terpapar dengan situasi perang dan menjadi saksi/pelaku pembunuhan (karena si Iron Man harus bunuh penjahat kan? Kalau gak, film gak seru! Kan gak lucu aja si Iron Man yang tewas tapi penjahatnya ketawa ketawa? Bisa dilemparin sendal itu bioskop!) Jadi, artinya tuntutan penonton lah yang membuat si Iron Man menderita gangguan jiwa!

Nah, apa saja gejala si Iron Man sehingga dicurigai mengidap PTSD. Yang pertama sekali, si Iron Man ini sudah terpapar dengan kejadian yang bersifat traumatis, mengalami mimpi buruk terkait kejadian yang tidak menyenangkan, reaksi fisiologis dan psikologis terhadap objek traumatis (ingat waktu si Iron Man ngos2n sewaktu mendengar kata ”New York, Alien, bla bla… Itu karena kata kata tersebut mengingatkannnya kepada situasi yang tidak menyenangkan di masa lalunya yakni peperangan melawan penjahat), berusaha menghindari tempat/objek terkait kejadian traumatis, tidak peduli akan masa depan (ingat gak adegan waktu si Iron Man cuek bebek terhadap kantornya sendiri padahal si ”Merica” lagi ketemuan ma mantan pacarnya), sulit tidur (si Iron Man udah gak tidur selama 72 jam, kata si Jarvis robotnya yang bersuara seksi…..hahahaaa), sulit konsentrasi (ingat kerjaan si Iron Man yang kacau balau di bengkelnya), dan si Iron Man harus lah mengidap semua gejala diatas lebih dari satu bulan. So, we got the diagnosis already? Not yet!

Ok, sekarang kita masuk ke tipe Gangguan Panik tanpa Agoraphobia. Agoraphobia merupakan suatu bentuk ketakutan berada diruang terbuka/tempat umum maupun diruang yang menurut penderita sulit untuk melepaskan diri. Nah, disini maksudnya adalah serangan panik yang terjadi bukan karena ketika si penderita berada di ruang terbuka atau mungkin sedang berada di lift . Nah, si Iron Man kan paniknya datang bukan karena ketika berada di ruang terbuka, lift atau kulkas, tapi lebih ketika ada kata maupun sesuatu didengarnya. Serangan panik yang terjadi ini biasanya memang umum terjadi pada penderita phobia dan PTSD. Serangan panik yang terjadi bisa mencapai puncaknya dalam waktu sepuluh menit saja dengan tanda dan gejala ; jantung berdebar debar, denyut nadi meningkat, berkeringat, gemetar, sulit bernafas, tersedak, nyeri dada, mual, pusing atau bahkan bisa pingsan, merasa takut kehilangan kontrol, takut mati, mati rasa, merasa kepanasan. Nah, dari tanda dan gejala serangan panik diatas, maka si Iron Man sudah bisa dikatakan terkena serangan panik. Tapi, serangan panik bukanlah diagnosis, hanyalah gejala awal terhadap serangan panik dengan agoraphobia/tanpa agoraphobia dan phobia khusus. 

Agar si Iron Man bisa dikategorikan menderita Gangguan Panik tanpa Agoraphobia ini, jika si Iron Man ini sudah menderita serangan panik selama sebulan lebih. Namun, perlu di ingat bahwa si Iron Man ini terkena serangan panik bukan karena obat obatan terlarang ataupun karena kondisi phobia khusus. So, data untuk mendukung diagnosis ini masih kurang jelas. Karena belum pernah si Iron Man kelihatan pake sabu sabu selama di film.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa si Iron Man ini terkena PTSD dengan Serangan Panik!

Jadi, bagaimana dengan masalah keperawatan yang muncul dari penyakit jiwa ini? Berhubung aku seorang perawat, maka suatu kondisi medis pasti akan memunculkan masalah keperawatan, Bahkan, tanpa diagnosis medis pun, seorang perawat tetap bisa melakukan tindakan keperawatan dari analisa terkait masalah keperawatan yang muncul. Ini karena perawat bekerja terhadap respon yang dimunculkan klien terkait stressor. Karena itulah, ilmu keperawatan dikatakan unik karena seorang perawat bisa saja merawat 2 orang dengan diagnosis medis yang sama tapi melakukan intervensi keperawatan yang berbeda dikarenakan respon kedua orang tersebut pasti berbeda beda. Jadi, akan sangat aneh ketika seorang perawat tidak mengerti fungsinya yang merawat respon manusia. Memaksakan intervensi keperawatan padahal si klien tidak memunculkan respon terkait intervensi yang diberikan.

Namun, ada yang namanya kemungkinan masalah keperawatan yang muncul terkait diagnosa medis tertentu. Misalnya, AD ini bisa memunculkan beberapa masalah masalah keperawatan tertentu seperti cemas, gangguan komunikasi verbal, ketidakberdayaan, putus asa, isolasi sosial, resiko kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, resiko kekerasan yang diarahkan pada orang lain, gangguan pola tidur, defisit pengetahuan, takut, coping defensif, sindrom paska trauma, rape-trauma syndrome/sindrom trauma perkosaaan yang hanya muncul pada korban perkosaan. 

Nah, dari masalah keperawatan diatas, tampak jelas bahwa bunyi dari masalah keperawatan adalah respon manusia terkait stressor. Misalnya, ketika seorang korban perkosaan di diagnosis dengan PTSD, maka perawat kemudian bekerja untuk mengkaji respon apa yang muncul terkait kejadian dan diagnosis utama. Ketika si korban memunculkan respon maladaptif (menolak, mood swings, menyalahkan diri sendiri, balas dendam, malu, usaha bunuh diri, takut, gangguan tidur, dll) terkait penetrasi seksual secara paksa, maka respon yang muncul dikatakan sebagai ” rape-trauma syndrome/sindrom trauma perkosaaan”. Inilah yang menjadi masalah keperawatan si korban. 

Namun, tidak tertutup kemungkinan si korban juga mengalami banyak masalah keperawatan karena orang yang terlihat sehat pun bisa memunculkan masalah keperawatan jika ada stressor.

Nah, bagaimana dengan masalah keperawatan yang muncul pada si Iron Man? Ok, dari gejala yang muncul, si Iron Man ini memunculkan diagnosa keperawatan seperti : 
1. Cemas related to stres ditandai dengan sulit bernafas, berkeringat, gemetar serta gangguan tidur
2. Insomnia related to cemas ditandai dengan kesulitan untuk jatuh tidur
3. Resiko kekerasan yang diarahkan pada orang lain related to availability of weapons (kan si Merica hampir saja terbunuh karena robotnya si Iron Man yang mau membunuh pada saat dia mengalami mimpi buruk)
Nah, yang ini hanya sedikit dari ratusan diagnosa keperawatan yang baku. Ini hanya analisis dangkal. 

Nah, bagaimana dengan intervensi keperawatannya? Intervensi yang dilakukan diarahkan pada penyebab dari masalah keperawatan. Misalnya pada masalah keperawatan (1), yang menjadi penyebabnya adalah stres, maka intervensi diarahkan untuk meminimalisir ancaman stres. Jika ini tidak memungkinkan, maka seorang perawat bisa melakukan intervensi terkait tanda dan gejala yang muncul pada penderita (sulit bernafas, berkeringat, gemetar serta gangguan tidur). Jadi, intervensi yang bisa dilakukan pada Iron Man yakni ; anxiety reduction, crisis intervention, dll. 

Anxiety reduction adalah salah satu intervensi dalam buku Nursing Interventions Classification dengan berbagai macam kegiatan didalamnya. Jika seorang perawat memilihkan Anxiety Reduction sebagai intervensi, maka seorang perawat haruslah menemani klien melewati masa masa ketakutannya, menyediakan objek yang menyiratkan rasa aman bagi klien, menjadi pendengar aktif, mengontrol stimulus, memberikan teknik relaksasi, dll. Bahkan jika diperlukan seorang perawat bisa melakukan sentuhan pada punggung karena sentuhan di punggung berdasarkan beberapa literature ternyata bisa meningkatkan kenyamanan klien. Intervensi ini hanyalah pilihan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan budaya klien. Jika si Iron Man pada kasus mungkin tidak bisa diberikan teknik relaksasi untuk mengatasi serangan panik atau jika si Iron Man sampai pingsan gara gara panik, maka intervensi keperawatan mandiri tidak ada gunanya. Si Iron Man harus segera di bawa ke Rumah Sakit terdekat untuk mendapatkan obat obatan anti panik. Disini, juga bisa memunculkan masalah keperawatan karena yang namanya obat pastilah memunculkan masalah keperawatan.

Nah, masih ingat ketika si anak kecil yang jadi penolong Iron Man bilang gini ”You are a mechanic, so why don’t you build something”. Dia bilang begitu ketika si Iron Man tiba tiba mendapatkan serangan panik karena mendengar robotnya belum dicas penuh alias baterenya masih lowbat!

Mungkin bagi sebagian orang itu hanyalah ucapan biasa, tapi itu sebenarnya bagian dari intervensi keperawatan yang bernama ”Crisis Intervention”. Si anak ingusan itu sudah coba untuk memberikan penguatan dengan identitas si Iron Man sebagai mekanik. Hal ini perlu untuk mengingatkan si Iron Man akan kekuatannya. Selain itu, perawat juga harus tahu bahwa selama melakukan intervensi ”Crisis Intervention”, perawat haruslah benar benar menciptakan situasi yang nyaman, membantu klien untuk mengidentifikasi koping yang digunakan di masa lalu, merancang koping baru, membantu klien untuk mendapatkan dukungan kelompok, dll.

So, si Iron Man ternyata juga manusia. Dia juga sama seperti kita, bisa sakit, bisa panik walau baju bajanya luar biasa hebat. Namun, yang lebih hebat sebenarnya adalah anak kecil yang memberi jam Dora the Explorer kepada si Iron Man. Dengan lugunya dia berani bilang ”Are u having PTSD?” Wow! Anak kecil saja bisa mendiagnosa salah satu gangguan jiwa, kenapa perawat tidak???